Rabu, 13 Januari 2010

Bandara Hantu

|1 komentar
Sebuah bandara di Korea yang dibangun dengan biaya sebesar USD260 juta (Rp3 Trilyun) kini dianggap sebagai bandara hantu, karena selama tiga bulan terakhir ini tidak ada satu penumpangpun yang menggunakan bandara tersebut. Bandara Interansional Yangyang yang terletak di timur Korea Utara tersebut dibangun untuk memajukan dunia pariwisata daerah setempat pada tujuh tahun lalu.
http://images.agoda.com/hotels/43031/Main/Thumbnail43031.jpg
Bandara yang dibangun dengan menggunakan APBD daerah tersebut malah mengakibatkan kerugian sebesar 10 milyar won (Rp84 milyar) setiap tahunnya sejak didirikan.

Tahun lalu, 146 petugas bandara hanya melayani rata-rata 26 penumpang setiap harinya yang mempergunakan bandara ini. Terakhir kalinya maskapai mempergunakan bandara ini adalah pada tanggal 1 November 2008 yang lalu.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fb/King_Fahd_International_Airport,_Satellite.jpg
“Ini jelas kesalahan perencanaan dan administrasi yang dilakukan oleh para pejabat sebelum ini,” tulis harian konservatif Chosun Ilbo menyikapi tentang bandara hantu ini. Mereka juga menyarankan agar bandara ini sebaiknya ditutup atau diserahkan kepada swasta untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan membebani APBD.
http://www.koran-jakarta.com/ver02/userfiles/thum/Bandara080209web.jpg
Kerugian yang dialami oleh Bandara Internasional Yangyang ternyata juga dialami oleh beberapa bandara yang ada di Korea Selatan. Diperkirakan 11 dari 14 bandara lokal yang ada di negara tersebut mengalami kerugian tahun yang lalu. Fenomena ini menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menunda pembangunan dua bandara udara lainnya di Korea, yakni Uljin di propinsi Gyeongsang dan bandara Gimje di Propinsi Jeolla.

Bandara Uljin yang pembangunannya telah mencapai 85 persen akan dialihfungsikan sebagai pusat pelatihan para pilot. Bandara ini dibangun dengan biaya USD 141 juta (Rp1,6 Trilyun).









Selasa, 12 Januari 2010

Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran

|1 komentar

Sokrates adalah ahli filsafat Yunani yang diakui sebagai guru moral terbesar di dunia hingga saat ini. ia adalah salah satu dari ketiga orang yang sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar peradaban Barat. Kedua orang lainnya tersebut adalah Aristoteles dan Plato yang tidak lain adalah muridnya. Sementara itu, Aristoteles adalah murid Plato.
Socrates dilahirkan di Athena, Yunani pada tahun 470 SM di tengah-tengah masyarakat Yunani yang pada saat itu bermoral rendah. Setiap hari Socrates terus berpikir untuk mencari kebenaran. Ia sangat sering berada di jalan-jalan, di pasar-pasar, atau di tempat orang ramai berkumpul dan melakukan tanya jawab dengan anak-anak muda.

Ia selalu bertanya tanpa memberikan jawaban karena ia ingin orang lain berpikir dan memahami jawaban pertanyaan tersebut. Menurut Plato dan Aristoteles, ia adalah orang pertama yang memperkenalkan cara berpikir induktif dan membuat definisi universal. Cara berpikir ini kemudian dikenal sebagai metode Sokrates.
Ia juga orang pertama di dunia yang mengemukakan bahwa di dalam diri manusia terdapat jiwa/ rohani. Ia menyadari bahwa jiwa jauh lebih penting daripada tubuh fisik dan jiwa tidak akan mati. Karena penemuannya inilah, banyak orang menganggapnya sebagai bapak psikologi rasional.
Ia juga menemukan bahwa Tuhan hanya satu dan memiliki kekuasaan terhadap segala sesuatu. Ia menemukan hal ini melalui pemikirannya sendiri, bukan dari Al-quran dan Injil. Karena, kenyataan menunjukkan bahwa kedua kitab tersebut baru ada setelah beberapa abad kemudian.
Dengan penemuannya ini ia sangat ingin mendidik moral masyarakat Athena menjadi lebih baik. Namun, penemuannya ini malah dianggap sebagai ajaran sesat yang hanya akan meracuni pikiran dan jiwa anak-anak muda. Ia dianggap melanggar ajaran keyakinan masyarakat Yunani yang pada saat itu menyembah banyak dewa. Oleh karena itu, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Ia diperintahkan untuk meneguk racun dan ia mematuhi perintah tersebut. Meskipun pada saat itu sebenarnya ia mempunyai kesempatan untuk melarikan diri dari hukuman, namun ia lebih memilih untuk meminum racun karena ia patuh terhadap hukum. Peristiwa ini terjadi pada tahun 399 SM, pada saat Socrates berusia 71 tahun.